www.nataliuzone.my.id »
celoteh
,
Kalbar
,
Kalimantan
,
Tumpahan Rasa
»
Sebaiknya Jangan Jadi Warga Kalimantan
Sebaiknya Jangan Jadi Warga Kalimantan
Siapa bilang menjadi warga Kalimantan enak? Menjadi warga Kalimantan tuh capek sendiri, kadangkala merasa bagaikan Tikus yang hendak mati dilumbung padi, kadangkala juga merasa bagaikan hidup di “Tanah Surga, katanya”.
Menikmati indahnya pemadaman lampu yang terjadi setiap hari dan berjam-jam setiap kali padamnya adalah suatu hal yang tak mampu untuk dikeluhkan lagi bagi warga yang sedikit agak berada di pedalaman, seperti warga di kabupaten dan kecamatan, mau mengeluhpun pada siapa, toh terus akan terjadi alasannya sih katanya mesin rusak atau tidak adanya pasokan bahan bakar buat mesin diesel pembangkit listriknya.
Belum lagi penderitaan saat menikmati kelangkaan bahan bakar, terutama jenis Premium dan Solar. Setiap hari selalu saja saya lihat mobil ataupun truk yang berbahan bakar solar mengular di setiap SPBU, tak pelak lagi hal ini membuat jalanan menjadi agak smpit dan tak jarang terjadi kemacetan, tidakhanya terjadi di kota, di SPBU yang letaknya di pelosokpun demikian, tak jarang waktu terbanyak yang dibuang para sopir adalah waktu saat mengantri pengisian solar ke truk atau mobil mereka.
BBM jenis Premium pun demikian, entah Kenapa sering sekali terjadi kelangkaan. Satu hari atau dua hari terkadang premiumlangka di setiap sudut kota dan daerah, dicari di SPBU pun kosong, apalagi di tingkat pengecer, jikapun ada di tingkat pengecer harganya sudah mencapai belasan ribu per liter, bahkan ada juga yang berani menjual hingga Rp. 20.000 per liter, miris dan pilu.
Ibu-ibu rumah tanggapun merasakan indahnya hidup di Kalimantan, harga sembako yang tinggi membuat mereka seolah-olah berteriak lantang, uang dari suami-suaminya cuma buat beli kebutuhan pokok, tidak mungkin akan cukup untuk sekedar memanjakan diri. Terutama minyak goreng, sudahlahlah mahal bahkan kadang menjadi langka.
Listrik dan premium serta minyak goreng, membuat warga Kalimantan seolah seekor tikus yang mau mati di lumbung padi. Kenapa tidak, sudah menjadi rahasia umum Kalimantan dikenal dengan emas hitamnya yang menjadi bahan bakar untuk pembangkit listrik berkapasitas besar di pulau lain. Penambangan minyak bumi lepas pantai di Kalimantan pun menghasilkan minyak bumi yang saya kira cukup untuk menyuplai kebutuhan setidaknya seluruh warga Kalimantan. Selain itu Kelapa Sawit ada di mana-mana di pulau Intan ini sanggup membuat minyak goreng juga langka. Setiap jengkal Tanah dan Hutan semua dapat digarap di bumi khatulistiwa ini, entah untuk perkebunan dan pertambangan maupun dikelola menjadi lahan pertanian, tetapi sungguh miris warganya menderita seperti diatas. Kemana hasil bumi yang dihasilkan tanah ini? Apakah dijual keluar semua? Ataukah untuk memasok kebutuhan energi di pulau lain sesama di Indonesia. Haruskah Kalimantan Terus Menerus Menggugat?
Tak salah kan jika kami penghuni Tanah Kalimantan merasa iri dengan pulau lain, yang kebutuhan energinya terutama listrik yang cukup mumpuni dan bahan bakar yang cukup bagi kendaraan-kendaraan mereka, padahal batubara sebagai sumber energi listriknya dari tanah ini, warisan nenek moyang kami. Oh ya satu lagi, akses internet yang bagaikan siput sedang lari maraton ini pun terkadang membuat saya jengah.
Tweet
