Trip To Kelam Hill (1)

Trip to Kelam Hill, sudah betul apa tidak ya judul yang saya buat ? (Bahasa Inggris saya jelek sekali soalnya). Tapi tidak apa-apa lanjutkan saja.

Sebelum saya menceritakan tentang perjalanan ke Bukit Kelam ada baiknya saya memaparkan sedikit tentang Taman Wisata Alam Bukit Kelam yang menurut cerita legenda Bujang Beji dan Tumenggung Marubai. Bujang Beji dan Tumenggung Marubai merupakan kepala kelompok para penangkap ikan di Negeri Sintang. Bujang Beji beserta kelompoknya menguasai Sungai Kapuas, sedangkan Tumenggung Marubai beserta kelompoknya menguasai Sungai Melawi. Karena perbedaan hasil tangkapan ikan, muncul niat jahat Bujang Beji untuk menutup aliran sungan Melawi dengan batu besar. Lalu ia pergi ke Kapuas Hulu untuk mengangkat batu besar yang terdapat di puncak bukit Nanga Silat dan membawanya ke Sungai Melawi. Namun, di persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi, dewi-dewi dari kayangan menertawakannya beramai-ramai. Tatkala mendongakan kepala mencari asal suara, tanpa disadarinya, ia menginjak duri beracun. Seketika itu juga batu yang dipikulnya terlepas dan kemudian terbenam di suatu tempat yang bernama Jetak. Menurut legendanya, batu besar yang terbenam itu kemudian tumbuh perlahan-lahan menjadi sebuah bukit. Sekarang ini, bukit tersebut dikenal dengan Bukit Kelam. Kawasan Bukit Kelam ditetapkan menjadi kawasan wisata alam oleh pemerintah pusat melalui surat keputusan menteri kehutanan RI nomor 594/Kpts-II/92 tanggal 06 Juni 1992. Di puncak bukitnya terdapat gua alam yang dijadikan tempat budidaya sarang burung walet oleh warga sekitar. Taman wisata alam Bukit Kelam ini terletak di Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang.

Ya, sekarang tentang perjalanan kami ke Bukit Kelam Kabupaten Sintang, Perjalanan ini kami lakukan untuk mengisi masa akhir liburan kami sebelum beraktifitas seperti biasanya. Subuh 5 September 2011 tepat pukul 04.15 WIB kami memulai perjalanan dari kota kami ( Tayan Hilir ), mengapa saya menyebut kami karena ada tiga orang termasuk saya yang melakukan perjalanan ini, yakni bersama teman saya Budi, dan Tri. Satu Jam perjalanan kami menjejaki kota Kecamatan Tayan Hulu yakni Sosok, suasana pagi hari yang sangat-sangat indah dan menyejukan mengiringi perjalanan kami yang menggunakan kendaraan roda dua. Pukul 07.05 WIB kami pun menjejaki Kota Sanggau dan kami beristirahat sejenak dirumah rekan kami di Sanggau sembari ingin mengetahui bagaimana kondisi tempat yang akan kami tuju, sebab mereka sehari sebelumnya sudah terlebih dahulu mendaki dan mereka telah kembali. Rute Sanggau-Sekadau adalah rute yang kami tempuh selanjutnya, dan rute ini adalah yang paling parah, sebab kondisi jalan yang rusak, dan berlubang, dan 5 KM menjelang kota Sekadau dihiasi dengan kondisi jalanan yang berdebu. Sesampai di Kota Sekadau kami bertiga pun beristirahat sejenak sembari berbelanja untuk kebutuhan di tempat tujuan kami nanti seperti makanan serta minuman, karena apabila membeli di sekitar tempat yang akan kami tuju kemungkinan besar harganya akan jauh lebih mahal, hitung-hitung menghemat biaya.
Cukup lama kami beristirahat di Kota Sekadau yakni hingga pukul 11.30 WIB, kamipun melanjutkan perjalanan kami menuju Kota Sintang, sehingga tepat pukul 13.00 kami tiba di Kota Sintang.
Sekitar 3 Km memasuki kota Sintang pemandangan Bukit Kelam darikejauhan pun sudah nampak, kira-kira 20 Km lagi kami akan sampai di lokasi tujuan kami, oleh karena itu kami bersemangat sekali, sehingga kami bertiga tanpa berhenti di Kota Sintang.
Keadaan di Kaki Bukit
Kedua Teman Saya ( Kiri : Tri.S Kanan : Budi ) Sesaat Sebelum Pendakian
Tepat pukul 14.00 kami tiba di tempat yakni di bawah kaki Bukit Kelam yang berlokasi di Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang, dan kami bersegera mencari tempat menitipkan kendaraan kami di rumah penduduk setempat, karena kami akan menginap di puncak Kelam nantinya. Kami bertiga pun segera menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk dapat mendaki ke puncak Bukit Kelam hingga pukul 14.30 persiapan kamipun selesai dan siap-siap memulai pendakian kami. Setelah mendapat petunjuk serta berbagai keterangan dari penduduk sekitar tentang keadaan dan kondisi di atas kami pun segera mendaki bukit batu itu.
Pada awal pendakian masih dengan kondisi landai yang belum membuat kami merasa capai hingga menjumpai tangga besi yang pertama, yang kira-kira memiliki sudut kemiringan 50 derajat. Saat sebelum menaiki tangga pertama ini salah satu teman kami menyatakan untuk tidak ikut sampai di puncak sehingga tinggal kami berdua ( saya dan Budi ) yang meneruskan perjalanan kami ke puncak pada pukul 15.45 WIB.
Semakin jauh kami melangkah mendaki keadaan dan kondisi rute pendakian pun semakin curam, hingga memaksa kami berdua untuk beristirahat sejenak sambil memuaskan dahaga kami dengan minum air dari perbekalan yang kami bawa. Setelah sekitar 15 menit beristirahat kami pun berjumpa dengan tangga besi yang kedua, tangga kedua semakin curam dari tangga pertama, dan semakin panjang.
Saya di Tangga ke-2
Kami melanjutkan perjalanan hingga pukul 17.45 WIB, tepat sebelum menaiki tangga ke 3 kami beristirahat. Karena mempertimbangkan keadaan sudah mulai gelap dan matahari menunjukan rona kemerah-merahan senjanya kami berdua memutuskan mendirikan bivak/tenda, untuk tempat kami berteduh dan tidur pada malam harinya.
Tenda tempat kami berdua bermalam
Pada saat malam kami menginap kondisi tenda kami diguyur gerimis yang membuat kami berdua hanya bisa berdiam diri di dalam tenda sambil menikmati keadaan malam dari atas bukit dengan pemandangan kota Sintang dari kejauhan, dan membuat kami tertidur lebih awal.
Pagi ( 6 September 2011) sekitar puku 06.00 WIB teman saya Budi sudah terlebih dahulu bangun, dan segera ia membangunkan saya. Saat kami berdua sedang menikmati sejuknya cuaca pagi ada 2 orang yang turun dari puncak, ternyata mereka menginap di pondok tempat penduduk setempat menjaga sarang walet milik mereka, yang lokasinya diceritakan tidak jauh lagi dari puncak.
Kedua pendaki lainnya saat melintasi tempat kami bermalam
Setelah membereskan tenda serta tempat kami menginap pukul 07.00 WIB kami melanjutkan perjalanan kami menuju puncak. Tepat di atas kami bermalam adalah tangga ke empat yang merupakan tangga terpanjang dan sangat terjal yakni 80-90 derajat kemiringannya, setelah tangga ke empat sekitar 1 jam perjalanan kami beristirahat sejenak di pondok tempat warga sekitar menjaga sarang walet milik mereka, sambil beristirahat kami mengisi perbekalan kami (air) karena disini terdapat bak tempat menampung air. Air yang ada disini jernih dan sejuk karena memang merupakan bersumber dari air gunung alami.

Bersambung ........................ Trip To Kelam Hill (2)


Top