Masih Sumpah Pemuda Kah ?
28 Oktober 1928 seluruh pemuda di nusantara mengikrarkan suatu janji atau sumpah pada sebuah kongres pemuda yang berbunyi sebagai berikut :
- Pertama, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
- Kedua, Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
- Ketiga, Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Isi dari pernyataan atau sumpah para pemuda Indonesia ini jelas menyatakan ikrar untuk secara bersama-sama membangun satu negara yang merupakan satu tumpah darah dengan mengaku sebagai satu bangsa yang utuh dan menggunakan satu bahasa untuk pemersatu bangsa yang sebenarnya terdiri dari berbagai ragam suku bangsa ini.
Tekad dan ikrar para pemuda yang dikategorikan pemuda pejuang yang berusaha mempersatukan bangsa ini pada masa perjuangan tersebut tentu tulus adanya. Suatu hal yang sungguh menarik untuk dipelajari pada saat peristiwa sumpah pemuda ini terjadi adalah semangat bersatu tanpa adanya membeda-bedakan sesama mereka peserta kongres yang terdiri dari wakil para pemuda dari berbagai organisasi, sebut saja Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dan sebagainya. Di antaranya hadir pula pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie. (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Pemuda)
![]() |
| Sumber Gambar : http://satubangsa.blogdetik.com/ |
Nilai persatuan yang sangat menonjol di dalam peristiwa sumpah pemuda yang pada hari ini diperingati untuk yang ke 83 tahunnya. Beragam macam pemuda yang terdiri dari berbagai macam latar belakang hadir bersatu mengikrarkan persatuan, berjanji untuk mengaku menjadi satu.
Apakah hal ini masih bertahan hingga saat ini ? Apakah persatuan para pemuda masih bertahan hingga hari ini, atau sudah sangat luntur? Apakah ada kepedulian dari para pemuda terhadap berbagai masalah bangsa yang menimpa suku bangsa lain di salah satu belahan Indonesia, masih saling bersatukah kita? atau malah saling bertiakai mempertahankan ego masing-masing yang saling mendaulad bahwa suku bangsanya yang paling baik dan sebagainya ? dimana rasa SATU yang diikrarkan jika sudah seperti ini?
Atau masih perdulikah pemuda Indonesia akan nasib para pemuda yang berdiam di wilayah perbatasan yang katanya lebih nyaman bila mendengarkan siaran dari negeri tetangga, mengkonsumsi produk dari negeri tetangga, dan sering jalan-jalan ke negeri tetangga ketimbang ke ibukota kabupaten sendiri yang jarak tempuhnya lebih lama dan keadaan jalannya lebih buruk dibandingkan bila menyeberang ke negara jiran?
Pemuda Indonesia, kita renungkan bersama !
Tweet

